
Pertumbuhan kedai kopi di Pontianak kian pesat. Wali Kota Edi Kamtono mendorong anak muda berinovasi agar potensi bisnis kopi terus berkembang.
PONTIANAK – Kota Pontianak terus menunjukkan geliat bisnis kuliner, khususnya kedai kopi. Hampir setiap bulan, lebih dari lima kafe baru berdiri di berbagai kawasan, mulai dari jalan utama hingga lingkungan perumahan. Fenomena ini menjadi bukti bahwa kopi telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Pontianak.
Salah satu kafe terbaru adalah Anomali Coffee yang resmi dibuka di Jalan Mujahidin, Kelurahan Akcaya, Kecamatan Pontianak Selatan, Jumat (12/9/2025). Peresmian terasa istimewa karena Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, hadir dan meracik kopi langsung di meja barista untuk para tamu undangan.
Peresmian outlet ke-17 Anomali Coffee di Pontianak semakin berkesan karena kedua co-founder, Irvan Helmi dan Agam, hadir langsung. Kehadiran mereka menegaskan komitmen Anomali untuk menjadikan kopi Indonesia semakin dikenal luas di negeri sendiri.
Edi mengungkapkan, konsumsi kopi warga Pontianak mencapai 400–500 kilogram per hari, sementara produksi kopi lokal Kalimantan Barat masih terbatas. Kondisi ini menjadi peluang besar bagi pelaku usaha untuk berinovasi.
“Pertumbuhan kedai kopi membuka lapangan kerja baru, memperkuat sektor jasa dan perdagangan, serta memberi ruang bagi anak muda untuk kreatif. Potensi bisnis kopi di Pontianak dan Kalbar sangat besar,” tegasnya.
Owner Anomali Coffee, Irvan Helmi, menyampaikan apresiasinya atas sambutan positif masyarakat Pontianak. Sejak dirintis pada 2007, Anomali Coffee konsisten memperkenalkan kopi asli Indonesia, mulai dari biji, proses roasting, hingga penyajian.
“Dulu kopi identik dengan instan. Kami ingin memperlihatkan bahwa kopi Indonesia bisa dinikmati dengan kualitas terbaik. Pontianak, dengan tradisi kopinya, menjadi tempat yang tepat bagi Anomali untuk berkembang,” jelasnya.
Irvan juga menekankan pentingnya kolaborasi antarpelaku usaha kopi agar tercipta ekosistem yang sehat.
“Setiap coffee shop punya karakter dan cita rasa berbeda. Justru itu yang memperkaya ekosistem kopi,” tambahnya.