PONTIANAK – Ratusan pesepeda dari berbagai kalangan memadati Bundaran Digulis Untan pada Jumat (27/6) malam dalam aksi bersepeda bersama bertajuk Critical Mass Pontianak. Kegiatan ini menjadi media kampanye terbuka bagi pesepeda untuk menyuarakan hak-hak mereka sebagai pengguna jalan di Kota Pontianak.

Acara ini bukan sekadar aktivitas bersepeda massal, namun menjadi simbol perjuangan akan pentingnya ruang aman dan kesadaran bersama di jalan raya. Start dimulai dari Jalan Ahmad Yani dan melintasi sejumlah ruas utama seperti Jalan Sutoyo, Sultan Abdurrahman, Veteran, Gajahmada, hingga garis akhir di Cafe Nutricula, Jalan Beringin.

Ketua panitia, Ryan, menyampaikan bahwa Critical Mass Pontianak merupakan agenda bulanan yang konsisten digelar dan terbuka untuk siapa saja yang ingin ikut serta.

“Ini bukan lomba, tapi bentuk aksi bersama. Kami ingin masyarakat sadar bahwa pesepeda juga memiliki hak di jalan raya. Tujuan utamanya adalah kampanye kesadaran, bukan kecepatan,” ujar Ryan.

Jumlah peserta yang hadir jauh melebihi ekspektasi panitia. Dari rencana awal sekitar 50 orang, antusiasme warga membeludak hingga lebih dari 100 pesepeda yang turut meramaikan, bahkan banyak yang bergabung secara spontan di tengah jalan.

“Semakin banyak yang ikut, artinya pesan kita makin kuat. Ini menunjukkan bahwa banyak warga yang peduli,” tambahnya.

Soal fasilitas, Ryan menilai infrastruktur sepeda di Pontianak relatif memadai, meski tantangan utama justru datang dari perilaku pengguna jalan lain.

“Kadang jalur sepeda digunakan untuk jogging atau pejalan kaki, sementara kami yang bersepeda di jalan malah kerap mendapat teguran. Padahal kami sudah taat aturan dan menggunakan perlengkapan keselamatan,” jelasnya.

Melalui kegiatan ini, komunitas pesepeda berharap dapat membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya saling menghormati di jalan serta mendorong hadirnya regulasi yang berpihak dan penegakan aturan yang konsisten.

“Kita juga memastikan bahwa Critical Mass Pontianak akan terus digelar rutin setiap bulan, sebagai wadah inklusif bagi komunitas maupun pesepeda individu untuk bersuara lewat aksi nyata,” tuntasnya.

Bagikan: