
PONTIANAK – Pemerintah Kota Pontianak membuka peluang kerja sama dengan sektor swasta dalam upaya membenahi sistem pengelolaan sampah. Salah satu mitra potensial, PT Greenprosa Adikara Nusa, menawarkan konsep inovatif bernama Manajemen Sampah untuk Nusantara (Masnusa) yang menekankan pada pengolahan sampah terintegrasi dan minim residu.
Konsep ini dikenalkan saat audiensi antara PT Greenprosa dan Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, Selasa (17/6). Direktur Operasional PT Greenprosa, Mujibur Rahman, memaparkan bahwa sistem Masnusa mampu mengubah seluruh jenis sampah menjadi produk yang dapat dimanfaatkan kembali.
“Mulai dari sisa makanan yang bisa diolah menjadi pakan maggot, hingga limbah plastik bernilai rendah yang bisa dijadikan paving block dan biji plastik. Bahkan, sampah yang tidak bisa didaur ulang, seperti kemasan sachet, bisa diolah menjadi RDF (Refuse Derived Fuel) untuk industri semen,” ujar Mujibur.
Ia menambahkan, PT Greenprosa telah membuktikan efektivitas konsep ini di sejumlah wilayah seperti Taman Safari Indonesia di Puncak dan Kabupaten Banyumas. Di Majalengka, mereka bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai dalam mengelola 15 ton sampah per hari.
Untuk Kota Pontianak, rencana kerja sama masih dalam tahap awal. PT Greenprosa akan melakukan survei dan studi kelayakan guna menentukan lokasi dan kapasitas yang paling sesuai. Perkiraan awal, pembangunan fasilitas pengolahan dengan kapasitas 50 ton per hari membutuhkan investasi sekitar Rp20 miliar.
“Bila dikelola melalui BLUD atau BUMD, fasilitas ini bahkan bisa memberikan kontribusi PAD sekitar Rp5 miliar per tahun,” kata Mujibur. Ia juga menekankan pentingnya kebijakan pemilahan sampah dari sumbernya sebagai kunci keberhasilan.
Wali Kota Pontianak Edi Kamtono menyambut baik usulan tersebut, mengingat kompleksitas masalah sampah yang dihadapi kota.
“Sampah di Pontianak kebanyakan bersifat basah dan tercampur. Maka, solusi seperti RDF sangat relevan dan dibutuhkan,” ucapnya.
Ia menjelaskan bahwa Pemkot tengah merancang pembangunan pusat pengolahan sampah terpadu di tiga kawasan potensial: Pontianak Barat, Timur, dan Utara. Target kapasitas pengolahan masing-masing lokasi berkisar antara 20 hingga 50 ton per hari, sebagai bagian dari strategi mengurangi beban TPA yang kini menerima hingga 400 ton sampah harian.
Dengan pendekatan modern dan sinergi lintas sektor, Pontianak berharap mampu menyelesaikan persoalan sampah dari hulu ke hilir secara tuntas dan berkelanjutan.
“Saya ingin pembangunan ini mulai tahun depan. Bisa lewat investasi langsung, APBD, atau kerja sama dengan mitra seperti PT Greenprosa. Bahkan ada peluang memanfaatkan pendanaan dari Bank Dunia,” pungkas Edi.