MEMPAWAH – Di bawah naungan langit Sadaniang yang cerah, denting gendang dan alunan lagu tradisional menyambut datangnya ratusan warga yang berkumpul di Desa Pentek, Kecamatan Sadaniang, Minggu (27/4). Mereka merayakan Naik Dango ke-40, sebuah tradisi tua masyarakat Dayak Kalimantan Barat yang terus hidup di tengah arus perubahan zaman.

Di tengah gemuruh tepuk tangan dan semangat warga, terasa bahwa Naik Dango bukan hanya tentang mengenang masa lalu. Ia adalah jembatan harapan, tempat generasi kini dan nanti merajut masa depan bersama, berakar pada kearifan leluhur, dan menggapai langit cita-cita di Bumi Khatulistiwa tercinta.

Bagi masyarakat Dayak, Naik Dango bukan sekadar pesta panen. Ini adalah persembahan syukur kepada Jubata, Sang Pencipta, atas limpahan rezeki dan kehidupan yang diberikan. Ungkapan rasa syukur itu dituangkan dalam ritual adat, pertunjukan seni, serta berbagai kegiatan budaya yang sarat makna spiritual.

Wakil Bupati Mempawah, Juli Suryadi Burdadi, dalam sambutannya menggarisbawahi pentingnya mempertahankan tradisi ini sebagai warisan tak ternilai.

“Naik Dango mengajarkan kita tentang syukur, gotong royong, kejujuran, dan penghormatan terhadap alam serta leluhur. Nilai-nilai ini adalah pondasi yang harus terus kita jaga dan wariskan,” ujarnya di hadapan peserta yang memenuhi arena upacara.

Namun, Naik Dango saat ini, kata Juli, telah berkembang lebih dari sekadar seremoni tahunan. Ia menjadi ruang edukasi budaya, terutama bagi generasi muda. Di tengah tantangan globalisasi yang menggerus identitas lokal, tradisi ini menjadi benteng pertahanan, membangun karakter anak bangsa yang menghargai akar budayanya.

Mengusung tema “Masyarakat Adat Berdaulat, Ceria, dan Berbudaya”, perayaan tahun ini membawa pesan kuat: masyarakat adat tidak hanya harus melestarikan warisan, tetapi juga menjadi aktor utama dalam pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

“Melalui Naik Dango, kita juga memperkenalkan potensi daerah kita: kerajinan tangan, seni pertunjukan, kuliner tradisional, hingga destinasi wisata. Ini bukan hanya tentang budaya, tapi juga tentang peluang membangun ekonomi kreatif yang kuat,” jelas Wabup.

Lebih dari itu, Juli menekankan bahwa budaya bisa menjadi jembatan untuk mempererat kerukunan. Pemerintah Kabupaten Mempawah, lanjutnya, berkomitmen membangun ekosistem budaya yang sehat, mendukung manusia berbudaya positif yang berpikir, bertindak, dan berkarya dengan semangat kebersamaan.

“Dialog antarbudaya membuka jalan untuk saling memahami dan menghargai. Dari situ lahir harmoni sosial yang kita butuhkan untuk membangun Kalimantan Barat yang damai dan bersatu,” tambahnya.

Bagikan: