
PONTIANAK — Dalam rangka memperingati milad ke-28, Forum Lingkar Pena (FLP) Kalimantan Barat menggelar sebuah kegiatan literasi bertajuk Gebyar Literasi pada Minggu (25/5), yang berlangsung di Aula Balai Bahasa Kalimantan Barat. Dengan mengusung tema “Membingkai Fakta dengan Seni Bahasa”, kegiatan ini menjadi momentum refleksi atas peran penulis dalam membangun peradaban melalui karya.
Acara dibuka oleh Ketua Umum FLP Pusat, Gegge S. Mappawenga, yang menegaskan bahwa setiap anggota FLP harus berpegang pada tiga prinsip utama: kekaryaan, keorganisasian, dan keislaman. Ia mengajak seluruh anggota untuk menebar nilai-nilai dakwah lewat tulisan yang berkualitas.
Semangat serupa juga disampaikan oleh Pembina FLP Kalbar, Aspari Ismail, yang mengingatkan pentingnya menjiwai tagline FLP: berbakti, berkarya, dan berarti.
Sejumlah narasumber dihadirkan untuk memperkaya wawasan peserta. Prof. Dr. H. Chairil Effendy, tokoh sastra dan Ketua Majelis Adat Budaya Melayu (MABM), memaparkan pentingnya sastra sebagai sarana menyampaikan nilai-nilai ideal kepada masyarakat. Ia menekankan bahwa pengalaman membaca sastra sangat bergantung pada kompetensi pembaca dalam memahami bahasa, budaya, dan konvensi sastra.
“Menulislah agar anak cucumu tahu bahwa engkau pernah hidup di dunia ini,” tuturnya, menutup pemaparannya.
Sesi berikutnya diisi oleh Muhammad Asroruddin, seorang dokter mata yang juga aktif menulis. Ia membahas pentingnya penguatan karakter melalui fiksi berbasis kearifan lokal. Menurutnya, nilai-nilai luhur seperti gotong royong dan empati dapat ditanamkan secara efektif lewat cerita-cerita yang dekat dengan budaya masyarakat.
Ketua FLP Kalbar, Dodi, menyoroti tren literasi di kalangan Gen Z berdasarkan Indonesia Gen Z Report 2024 yang dirilis IDN Research Institute. Ia menyebutkan bahwa meskipun hanya 24% Gen Z membaca buku fisik, 50% lebih memilih artikel online dan 19% membaca e-book.
“Ini bukan kemunduran, tapi perubahan platform. Minat membaca masih ada, hanya bentuk medianya yang berbeda,” ujarnya.
Dalam pemaparannya, Dodi juga menekankan pentingnya mengangkat lokalitas dalam karya tulis, karena mampu memperkuat jati diri bangsa sekaligus membangun peradaban yang kontekstual.
Beni, narasumber terakhir, membawakan materi tentang penulisan cerita anak. Ia menekankan bahwa cerita anak harus disesuaikan dengan jenjang usia dan memuat nilai-nilai karakter yang kuat. Ia juga mendorong penulis untuk menggunakan bahasa daerah dalam cerita anak, sejalan dengan upaya Balai Bahasa di seluruh Indonesia, termasuk Balai Bahasa Kalbar, yang kini gencar mengadakan sayembara penulisan cerita anak berbahasa lokal.
Kegiatan ini dipandu oleh Asep Ahmad Saefullah, yang juga menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit di Kubu Raya.
Acara turut dihadiri berbagai komunitas literasi dan lembaga, seperti Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota dan Provinsi, Forum Penulis Barat Borneo, Komunitas SETARA, Dokter Menulis Kalbar, serta Himpunan Mahasiswa Bahasa Indonesia FKIP UNTAN.
Gebyar Literasi FLP Kalbar diharapkan menjadi ajang penguatan jejaring komunitas literasi di Kalimantan Barat dan menjadi kegiatan tahunan yang mampu mendorong semangat menulis serta memperkaya khazanah literasi lokal di daerah ini.