
PONTIANAK – Yayasan Kolase kembali menghadirkan agenda tahunan Kolase Journalist Camp (KJC) 2025 dengan mengusung tema “Ragam Hayati Kekuatan Kita”. Kegiatan ini akan berlangsung di Rumah Budaya Kampung Caping, Bansir Laut, Kota Pontianak pada 22-24 Agustus 2025.
Founder Yayasan Kolase, Andi Fachrizal, menegaskan bahwa KJC bukan sekadar ruang pelatihan, melainkan juga wadah konsolidasi gagasan lintas sektor. “Kita perlu narasi bersama untuk menjaga keragaman hayati, bukan hanya sebagai sumber daya, tapi sebagai warisan kehidupan,” ujarnya, Senin (18/8/2025).
Menurutnya, strategi komunikasi kreatif menjadi kunci dalam menyuarakan isu lingkungan. Tantangan pelestarian saat ini tidak hanya soal deforestasi dan polusi, tetapi juga banjir informasi yang sering menenggelamkan isu penting.
Berdasarkan data Profil Keanekaragaman Hayati Kalbar 2024, terdapat 1.751 spesies tumbuhan dan 1.423 spesies satwa liar di wilayah tersebut. Namun, kerusakan habitat, eksploitasi, hingga perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan terus mengancam keberlangsungan ragam hayati.
KJC-2025 akan diikuti 100 peserta, terdiri atas 60 peserta utama (jurnalis, pers mahasiswa, komunitas pencinta alam, kreator konten) dan 40 peserta kehormatan (pemerintah, akademisi, CSO, serta pengelola hutan desa).
Rangkaian kegiatan KJC-2025 dikemas beragam dan interaktif. Dimulai dengan kampanye publik bertajuk “Kawal Jangan Dijual” dalam rangka memperingati Hari Orangutan Sedunia, yang akan menampilkan pameran fotografi serta atraksi musik di bantaran Sungai Kapuas.
Selain itu, peserta juga akan mengikuti workshop jurnalistik bertema “Demi Ragam Hayati, Kami Menulis” untuk memperkuat kemampuan produksi konten naratif dan visual. Kegiatan berlanjut dengan nonton bareng film dokumenter yang disertai diskusi reflektif, serta aksi lingkungan “Bersihkan Kapuas” sebagai bentuk dukungan terhadap upaya pengurangan sampah plastik di sungai.
Tidak hanya itu, sesi motivasi bertajuk “Semua Orang adalah Pembaharu” akan digelar untuk mendorong jurnalis menjadi agen perubahan di komunitasnya. Sebagai penutup, media gathering bertema “Kawal Ragam Hayati, Lestarikan Tumbuhan dan Satwa Liar” akan menjadi ruang kolaborasi antar pemangku kepentingan dalam menghadapi isu perdagangan ilegal dan perburuan satwa dilindungi.
“Pelestarian alam tidak bisa dijalankan oleh satu pihak saja. Pemerintah, media, dan masyarakat harus saling menopang,” tegas Andi.
Dengan pendekatan kolaboratif ini, KJC 2025 diharapkan melahirkan narasi kampanye yang kuat, menyentuh publik, dan mendorong aksi nyata.
“Lewat tulisan, foto, video, dan gerakan bersama, kita buktikan bahwa ragam hayati benar-benar kekuatan kita,” pungkasnya.