
PONTIANAK – Suasana akrab terlihat saat Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan, menerima kedatangan belasan mahasiswa dari Solidaritas Mahasiswa dan Pengemban Amanat Rakyat (Solmadapar) di Kantor Gubernur Kalbar, Senin (2/6). Pertemuan tersebut menjadi ruang dialog terbuka mengenai evaluasi program 100 hari kerja Gubernur.
Dalam pertemuan yang berlangsung lesehan ini, para mahasiswa menyampaikan pandangan dan harapan mereka terhadap arah pemerintahan Kalbar lima tahun ke depan. Koordinator Solmadapar, Shultan Daulad, menyebut program 100 hari sebagai indikator awal yang penting untuk menilai komitmen dan arah pembangunan pemerintah daerah.
“Kami ingin mengetahui sejauh mana implementasi program 100 hari kerja karena itu menjadi cerminan bagaimana pemerintahan berjalan ke depan,” jelas Shultan.
Mahasiswa juga menekankan pentingnya prinsip transparansi dan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan. Mereka berharap pemerintah tidak berjalan sendiri, tetapi membuka ruang seluas-luasnya bagi masyarakat dan pemangku kepentingan.
“Kami ingin pembangunan di Kalbar melibatkan masyarakat secara aktif dalam menentukan kebijakan. Demokratis dan terbuka,” tambahnya.
Gubernur Ria Norsan menyampaikan apresiasi atas kepedulian mahasiswa. Ia menilai aspirasi yang disampaikan menjadi dorongan moral bagi pemerintahannya untuk terus berada di jalur yang tepat.
“Mahasiswa menjadi pengingat bagi kami agar tidak lengah dalam bekerja. Saya apresiasi semangat kritis mereka,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa program 100 hari kerja bukanlah titik akhir, melainkan awal dari upaya berkelanjutan dalam membangun Kalbar secara menyeluruh.
Dialog terbuka ini diakhiri dengan saling memberi semangat, dengan harapan komunikasi antara mahasiswa dan pemerintah tetap terjaga ke depannya.
“Ini bukan akhir, tapi awal dari perjalanan panjang lima tahun ke depan. Kami akan terus bekerja,” tegas Norsan.