LANDAK – Upacara ziarah dalam rangka Hari Berkabung Daerah Kalimantan Barat yang digelar di Kompleks Makam Juang Mandor, Senin (30/6), berlangsung khidmat. Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, hadir bersama jajaran pemerintah, tokoh masyarakat, pelajar, dan keluarga korban untuk mengenang salah satu bab kelam dalam sejarah Kalbar.

Dalam momen tersebut, Edi menyampaikan doa bagi para korban tragedi Mandor yang gugur akibat kekejaman tentara Jepang pada masa penjajahan antara tahun 1941 hingga 1944. Ia menegaskan bahwa peringatan Hari Berkabung Daerah bukan sekadar rutinitas seremonial, melainkan pengingat nyata atas pentingnya menghargai sejarah dan nilai-nilai kemanusiaan.

“Tragedi Mandor adalah simbol penderitaan sekaligus perjuangan. Mereka yang gugur berasal dari berbagai latar belakang — tokoh agama, raja, cendekiawan, pengusaha — semua menjadi korban tanpa pandang suku dan agama,” tutur Edi.

Menurutnya, peristiwa itu menyiratkan pesan penting akan pentingnya menjaga persatuan dalam keberagaman. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh masyarakat, khususnya generasi muda, untuk terus belajar dari sejarah agar tidak mengulangi kesalahan serupa di masa depan.

“Sejarah ini adalah cermin bagi kita. Betapa mahal harga sebuah kemerdekaan. Maka, menjaga nilai kemanusiaan dan hak asasi menjadi tanggung jawab kita bersama,” tegasnya.

Pemerintah Kota Pontianak, lanjut Edi, telah menjadikan peringatan Hari Berkabung Daerah sebagai agenda resmi yang dirayakan setiap 28 Juni, termasuk dengan mengikutsertakan ASN dan institusi pendidikan dalam kegiatan tersebut.

“Kami ingin anak-anak muda tidak hanya menghafal sejarah, tetapi menghayatinya. Ini menjadi pondasi dalam membangun karakter bangsa yang kuat dan beradab,” jelasnya.

Sebagai bentuk pelestarian sejarah, Pemkot Pontianak juga mengabadikan nama-nama para pahlawan Mandor sebagai nama jalan serta fasilitas umum penting di kota. Langkah ini diambil agar warisan perjuangan tetap dikenang dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Edi berharap peringatan ini mampu menjadi momentum refleksi bersama, bahwa sejarah bukan sekadar masa lalu, tetapi sumber inspirasi untuk masa depan yang lebih manusiawi dan bersatu.

“Tragedi Mandor adalah luka bersama. Tapi dari luka itu, kita tumbuh menjadi bangsa yang lebih kuat, dengan semangat persatuan dan kemanusiaan yang harus terus diwariskan,” tutupnya.

Bagikan: