
BALIKPAPAN – Dalam upaya memperkuat eksistensi kriya khas Pontianak di panggung nasional dan global, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Pontianak menjalin komunikasi intens dengan desainer kondang tanah air, Didiet Maulana.
Pertemuan antara Ketua Dekranasda Kota Pontianak, Yanieta Arbiastutie, dan Didiet Maulana berlangsung di Balikpapan pada Jumat (11/7), bertepatan dengan gelaran Pameran HUT ke-45 Dekranas. Kolaborasi ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing UMKM di sektor kerajinan serta fashion berbasis budaya lokal.
Didiet Maulana, yang dikenal atas dedikasinya dalam melestarikan warisan budaya melalui karya busana, menyampaikan ketertarikannya terhadap potensi kerajinan Pontianak, terutama tenun corak insang dan sulam kalengkang.
“Pontianak punya potensi besar. Begitu saya melihat corak insang, langsung terbayang berbagai produk kreatif yang bisa diolah. Hari ini saya juga dikenalkan dengan sulam kalengkang, dan saya ingin menyelaminya lebih dalam,” kata Didiet.
Ia menilai bahwa semangat dan kreativitas generasi muda Pontianak menjadi modal kuat untuk membangun ekosistem kriya yang berkelanjutan. “Bu Wali punya visi luar biasa. Kami nyambung sejak awal bicara soal budaya sebagai kekuatan. Regenerasi perajin jadi perhatian besar di Pontianak, dan itu sangat penting,” ujarnya.
Lebih jauh, Didiet mengajak masyarakat untuk tidak hanya mengagumi karya perajin lokal, tetapi juga mendukungnya secara nyata dengan membeli dan menggunakannya.
Di sisi lain, Ketua Dekranasda Kota Pontianak, Yanieta Arbiastutie, menyambut baik rencana kolaborasi ini. Ia menyebut, kerja sama ini akan menjadi langkah strategis untuk memperkenalkan kekayaan budaya Pontianak secara lebih luas, sekaligus memperkuat posisi UMKM lokal di pasar modern.
“Dengan pendekatan kreatif dari Mas Didiet, kami ingin membangun produk-produk kriya yang memiliki nilai budaya tinggi sekaligus memiliki daya tarik komersial,” ungkap Yanieta.
Menurutnya, selain penguatan kualitas produk, tantangan terbesar UMKM adalah pemasaran. Oleh karena itu, Dekranasda bersama Pemkot Pontianak tengah merancang pelatihan lanjutan bagi pelaku UMKM agar mereka tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga piawai dalam memasarkan produk secara mandiri, baik offline maupun digital.
“Kami juga terus mendorong anak-anak muda untuk mencintai produk lokal. Corak insang sebagai simbol budaya Pontianak sudah mulai dikenalkan sejak usia dini, dari PAUD hingga SMP,” jelasnya.
Melalui kemitraan strategis ini, Yanieta optimistis industri kriya Pontianak akan berkembang pesat dan mampu menembus pasar nasional maupun internasional.
“Kolaborasi ini kami harapkan menjadi tonggak awal kebangkitan industri kreatif berbasis kearifan lokal di Kota Pontianak,” tutupnya.