
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono ajak santri melek digital dan jadi agen perubahan yang moderat serta bijak bermedia sosial di era teknologi.
PONTIANAK – Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, menyerukan agar para santri mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman. Santri, menurutnya, kini dituntut tidak hanya memahami ilmu agama, tetapi juga harus tanggap terhadap perubahan di era digital.
“Santri masa kini harus cakap dalam ilmu agama sekaligus mahir di bidang teknologi agar dapat menjadi agen perubahan positif di tengah masyarakat,” ujarnya dalam Seminar Hari Santri Nasional 2025 di Aula Rumah Jabatan Wali Kota Pontianak, Selasa (14/10/2025).
Edi menekankan pentingnya semangat Islam yang moderat dan inklusif. Santri, katanya, berperan menjaga harmoni sosial, memperkuat toleransi, serta menjadi contoh bagi masyarakat dalam bermedia sosial.
“Santri yang inklusif akan terbuka terhadap perbedaan dan bijak menanggapi informasi, terutama di dunia maya yang penuh tantangan,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Edi juga mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Ia menyayangkan masih banyak perilaku negatif seperti saling mencaci dan menyebar fitnah yang tidak mencerminkan akhlak Islami.
“Kita sering berdebat di dunia maya tapi lupa menyelesaikan masalah di dunia nyata. Santri harus menjadi teladan dalam bersikap santun dan membawa kedamaian,” tegasnya.
Menurutnya, peringatan Hari Santri bukan hanya seremoni tahunan, tetapi refleksi atas perjuangan panjang santri dalam sejarah bangsa. Kini, kata Edi, tantangan santri adalah menjaga moralitas dan keutuhan sosial di era digital yang semakin kompleks.
“Santri harus terus memperkuat karakter dan wawasan kebangsaan agar dapat membangun bangsa yang damai dan berkeadaban,” ungkapnya.
Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kalimantan Barat, M Firdaus, turut menyampaikan apresiasinya terhadap nilai-nilai pesantren. Ia menilai pesantren menjadi sumber pembentukan moral bangsa yang harus terus dijaga.
Firdaus menambahkan, ISNU Kalbar kini telah memiliki sebelas cabang aktif di berbagai daerah dan terus memperluas kegiatan sosial serta pelatihan masyarakat. Ia berharap generasi muda Kalbar menjadi insan yang cerdas, kritis, dan tidak mudah terprovokasi.
“Saya bukan lulusan pesantren, tetapi saya sangat menghargai nilai-nilai pesantren yang menjadi dasar pembentukan karakter dan persatuan bangsa,” ujarnya.