Ustaz Abdul Somad (UAS) menyerukan umat Islam meneladani ketulusan Habib Al Muthahar dalam Maulid Akbar Pontianak yang dihadiri ribuan jamaah.
PONTIANAK – Jalan Gajah Mada, Pontianak, dipadati ribuan masyarakat pada Sabtu (5/10/2025) malam. Mereka datang dari berbagai daerah untuk menghadiri Peringatan Maulid Akbar Nabi Muhammad SAW, yang dirangkai dengan Haul ke-114 Habib Muhammad bin Abdullah Al Muthahar serta Hari Jadi Kota Pontianak ke-254.
Kegiatan ini menghadirkan ulama kondang asal Riau, Ustaz Abdul Somad (UAS), yang menyampaikan tausiyah penuh makna tentang cinta kepada Rasulullah dan pentingnya menjaga persatuan. Turut hadir Gubernur Kalimantan Barat Drs. H. Ria Norsan, MM., MH., beserta istri Erlina, Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, serta jajaran Forkopimda Kalbar.
Dalam ceramahnya, UAS menegaskan bahwa peringatan Maulid dan Haul bukan sekadar kegiatan seremonial, tetapi momentum memperkuat kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, sekaligus mempererat silaturahmi antarumat. Ia menyebut sosok Habib Muhammad bin Abdullah Al Muthahar sebagai figur teladan yang ketulusannya tetap hidup hingga kini.
“Habib Al Muthahar telah wafat lebih dari seabad lalu, namun ribuan orang masih datang untuk mengenangnya. Ini menunjukkan bahwa beliau adalah wali Allah yang dicintai umat,” ucap UAS disambut takbir para jamaah.
UAS juga mengapresiasi semangat kebersamaan masyarakat Pontianak yang datang dari berbagai latar belakang suku dan agama. Menurutnya, kehadiran umat dalam jumlah besar menjadi bukti kuat bahwa Pontianak adalah kota yang rukun dan penuh toleransi.
“Pontianak membuktikan bahwa fitnah di internet tidak mampu memecah belah kita. Malam ini semua hadir dalam semangat cinta dan kebersamaan,” tutur UAS dengan penuh semangat.
Dalam tausiyahnya, UAS menyampaikan tiga pelajaran penting yang dapat dipetik dari peringatan Maulid dan Haul tersebut.
Pertama, UAS mengingatkan bahwa hanya Allah SWT yang mampu menggerakkan hati manusia. Tidak ada kekuasaan, jabatan, atau harta yang bisa memaksa ribuan orang untuk berkumpul, kecuali karena kehendak Allah semata.
Kedua, ia menekankan bahwa amal saleh seseorang akan tetap hidup meski pelakunya telah tiada. Hal ini terbukti dari sosok Habib Al Muthahar yang namanya tetap dikenang lintas generasi tanpa dukungan media sosial atau televisi. Ketulusan dan keikhlasannya menjadi warisan spiritual yang abadi.
Ketiga, UAS mengingatkan bahwa manusia sebaiknya dinilai dari amal perbuatannya setelah meninggal dunia. Banyak orang yang kebaikannya baru tampak dan dikenang setelah berpulang ke rahmatullah.
“Kadang amal seseorang baru terlihat setelah ia tiada. Itulah tanda keikhlasan dan kemuliaan yang sesungguhnya,” pungkasnya.
Gubernur Kalbar, Ria Norsan, menambahkan kegiatan yang berlangsung meriah dan khidmat ini menjadi bukti nyata bahwa Pontianak merupakan kota yang damai dan rukun.
“Ribuan jamaah hadir dengan tertib dan penuh kekhusyukan, menunjukkan bahwa nilai persaudaraan dan kebersamaan masih sangat kuat di Kalimantan Barat,” tukasnya.






