
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono paparkan arah pembangunan hijau 2025–2029 dengan fokus revitalisasi Sungai Kapuas dan layanan publik inklusif.
PONTIANAK – Pemerintah Kota Pontianak menegaskan komitmen pembangunan berkelanjutan dengan menempatkan Sungai Kapuas sebagai wajah kota dan pusat kehidupan masyarakat. Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, menyampaikan arah pembangunan lima tahun ke depan (2025–2029) yang berfokus pada penataan kawasan tepian sungai, pembangunan ramah lingkungan, serta layanan publik yang inklusif.
“Pontianak lahir dan tumbuh bersama Sungai Kapuas. Kini waktunya sungai kembali menjadi wajah kota, bukan hanya latar belakang,” ujarnya saat membuka Workshop Kolaborasi Sosial-Ekologis di Aula Muis Amin BAPPERIDA, Kamis (2/10/2025).
Menurut Edi, penataan kawasan tepian Sungai Kapuas menjadi prioritas utama. Ia menegaskan perlunya dukungan dari pemerintah pusat, akademisi, hingga komunitas sipil mengingat besarnya biaya pembangunan di bantaran sungai.
“Fondasi saja lebih mahal daripada bangunan. Tapi inilah wajah kota yang harus kita jaga,” jelasnya.
Selain revitalisasi sungai, Pemkot Pontianak juga menyiapkan pembangunan TPA Terpadu Batu Layang sebagai pusat pengelolaan sampah modern dan sistem sanitasi yang ditargetkan melayani 16.500 sambungan rumah hingga 2030.
Edi mengingatkan, tantangan besar seperti urbanisasi, keterbatasan ruang terbuka hijau, dan ancaman banjir akibat perubahan iklim harus dihadapi dengan strategi tepat. Tahun 2026 disebutnya sebagai momentum penting untuk memperkuat regulasi infrastruktur hijau, transportasi publik, energi terbarukan, hingga kebijakan resiliensi bencana.
“Pontianak harus tumbuh tanpa meninggalkan siapa pun dan tetap menjaga keseimbangan dengan lingkungan,” katanya.
Selain isu lingkungan, Pemkot juga menyoroti pemerataan akses pendidikan, kesehatan, perumahan, serta air bersih. Program quick wins untuk mendukung UMKM juga diluncurkan, salah satunya melalui fasilitas Rumah Packaging gratis.
“Pertumbuhan ekonomi tidak boleh hanya dinikmati segelintir orang, tapi harus dirasakan semua warga,” tambahnya.
Edi menegaskan, partisipasi masyarakat adalah kunci. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) rutin melibatkan berbagai kalangan, termasuk perempuan, pemuda, anak-anak, hingga kelompok disabilitas.
“Pontianak bukan hanya dibangun pemerintah, tapi oleh semua pihak. Dengan digitalisasi layanan publik, kita pastikan pelayanan lebih cepat, transparan, dan merata,” paparnya.
Mengakhiri pemaparannya, ia mengajak warga untuk menjaga harmoni dengan alam.
“Pontianak adalah rumah sekaligus sahabat kita. Bersahabat dengan alam, dengan warganya, dan dengan masa depan,” pungkasnya.