PONTIANAK – Taman Alun Kapuas disulap menjadi pusat perayaan budaya pada Sabtu (31/5) dalam gelaran Festival Bakcang 2576, yang untuk pertama kalinya resmi tercantum dalam Kalender Pariwisata Kota Pontianak. Festival ini menandai komitmen kuat kota dalam melestarikan warisan budaya sekaligus memperkuat identitas Pontianak sebagai kota multikultural.

Festival yang digagas oleh Dewan Pimpinan Daerah Majelis Adat Budaya Tionghoa (DPD MABT) Pontianak ini telah berlangsung sejak 2022. Namun tahun ini menjadi momentum penting karena mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah kota dan masuk dalam agenda tahunan daerah.

Wakil Wali Kota Pontianak, Bahasan, menyampaikan apresiasinya terhadap konsistensi penyelenggara dalam menjaga keberlangsungan festival tersebut. Ia menekankan bahwa tradisi masyarakat Tionghoa seperti Festival Bakcang adalah bagian penting dari keragaman budaya Pontianak.

“Festival ini jatuh setiap tanggal 5 bulan 5 kalender lunar. Tahun ini jatuh pada 31 Mei dan menjadi bagian dari promosi budaya yang tidak hanya dinikmati warga lokal, tetapi juga menarik perhatian wisatawan luar daerah hingga mancanegara,” ujarnya.

Sebagai bentuk dukungan terhadap inklusivitas, panitia menyediakan 1.000 bakcang halal gratis yang bisa dinikmati pengunjung dari berbagai latar belakang. Momen kebersamaan ini pun diperkuat lewat berbagai kegiatan, seperti lomba makan bakcang, wisata kapal menyusuri Sungai Kapuas sambil menyantap bakcang, hingga perang air yang disambut antusias oleh warga.

Ketua Panitia Festival, Hendry Pangestu Lim, menjelaskan bahwa acara tahun ini tampil lebih meriah. “Kami menyiapkan tiga kapal wisata, termasuk satu kapal VIP dan dua kapal untuk umum, agar lebih banyak masyarakat bisa menikmati sensasi menyantap bakcang sambil mengelilingi Sungai Kapuas,” ungkapnya.

Hendry juga menyebutkan bahwa festival ini dihadiri oleh tamu dari luar negeri, seperti Brunei Darussalam dan Tiongkok. Tak kurang dari 20 komunitas etnis di Pontianak turut meramaikan acara, mencerminkan kuatnya semangat toleransi antarwarga.

“Melalui festival ini, kami ingin memperlihatkan bahwa Pontianak adalah kota yang toleran, di mana semua budaya dapat hidup berdampingan dalam keharmonisan,” kata Hendry, yang juga menjabat sebagai Ketua MABT Pontianak.

Bahasan menambahkan, partisipasi aktif pemerintah dalam festival ini diharapkan dapat mengangkat Pontianak sebagai destinasi wisata berbasis budaya yang berkelanjutan. Ia mengajak semua pihak untuk terus menjaga semangat kebersamaan ini.

Dengan semangat pelestarian budaya dan semarak kebersamaan yang ditunjukkan, Festival Bakcang 2576 tidak hanya meriah secara visual, tetapi juga kaya makna sosial dan kultural bagi Kota Khatulistiwa.

“Festival Bakcang bukan sekadar perayaan kuliner, melainkan ruang untuk saling mengenal dan mempererat hubungan antaretnis. Ini adalah potret kekuatan kita sebagai masyarakat yang rukun dalam keberagaman,” tutupnya.

Bagikan: